KRISIS PANGAN DAN KERENTANAN DESA-DESA SAWAH DI DEMAK TAHUN 1840-1872

Authors

  • Tisyalian Isna Rohmawati Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember Author
  • Ratna Endang Widuatie Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember Author

DOI:

https://doi.org/10.62238/nagripustaka.v3i2.322

Keywords:

krisis pangan, demak, kolonialisme, desa sawah, sejarah pedesaan

Abstract

Artikel ini membahas krisis pangan dan kerentanan desa-desa sawah di Demak pada periode 1840–1900, dengan fokus pada dampak sosial-ekonomi terhadap masyarakat pedesaan. Penelitian ini menggunakan metode sejarah Louis Gottschalk, yang meliputi pengumpulan sumber primer dari surat kabar kolonial dan dokumen administrasi kolonial, kritik sumber untuk menilai keakuratan dan bias, interpretasi, serta historiografi untuk menafsirkan hubungan sebab-akibat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi faktor alam, seperti kekeringan dan hama, serta kebijakan kolonial terkait pajak dan tanam paksa, menimbulkan kerentanan pangan yang signifikan di desa-desa sawah. Masyarakat pedesaan merespons dengan strategi adaptasi, termasuk penanaman komoditas alternatif, gotong royong, dan migrasi sementara. Studi ini menegaskan bahwa krisis pangan tidak hanya berdampak pada produksi pertanian, tetapi juga mempengaruhi struktur sosial, ekonomi, dan pola kehidupan masyarakat desa. Pendekatan historiografis Gottschalk memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang interaksi antara kebijakan kolonial, faktor alam, dan ketahanan masyarakat pedesaan, sekaligus menyoroti perlunya analisis kritis terhadap sumber kolonial.

References

Boomgaard, P. (1989). Between peasant and state: The changing role of agriculture in Java, 1800–1940. Amsterdam: Royal Tropical Institute.

Breman, J. (2015). Mobilizing labour for the global coffee market: Profits from an unfree work regime in colonial Java. Amsterdam University Press.

De Zwart, P., & Soekhradj, P. (2022). Colonial paradox: Sugar, property rights and land inequality in java.

Elson, R. E. (1994). Village Java under the Cultivation System, 1830–1870. Sydney: Allen & Unwin.

Geertz, C. (1963). Agricultural involution: The processes of ecological change in Indonesia. University of California Press.

Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Hartatik, Endah Sri. 2022. “Pembangunan Irigasi di Afdeeling Demak dan Grobogan Masa Awal Abad XX: Sebuah Kasjian Historis”. Jurnal Diakronika. Vol. 22, No. 2, 2022.

Kumar, A. (1985). Praiyayi dan masyarakat Jawa abad ke-19. Jakarta: Grafiti Press.

Siregar, I. F. (2023). The controversy of the cultivation system in Indonesia. Paramita: Historical Studies Journal, 33(1).

Syahid, M. A. A., & Wigati, R. (2023). Twentieth-century modern-colonial irrigation development in Banten: Technological review of Pamarayan old stuwdam. Fondasi: Jurnal Teknik Sipil, 12(1), 21-31.

Supriyono, Agustinus dan Harsja W. Bachtiar. 1987. “Krisis Subsistensi di Karesidenan Semarang: Kasus Kelaparan di Afdeling Demak dan Grobogan Tahun 1849/50”. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Surat Kabar Algemeen Handelsblad. 09 Maret 1932.

Tirtalistyani, R., Murtiningrum, M., & Kanwar, R. S. (2022). Indonesia rice irrigation system: Time for innovation. Sustainability, 14(19), 12477.

Van der Eng, P. (1996). Food supply in Java: A study of the historical record. Cambridge University Press.

Vlekke, B. H. M. (2008). Nusantara: Sejarah Indonesia. Kepustakaan Populer Gramedia.

Downloads

Published

2025-12-01

How to Cite

KRISIS PANGAN DAN KERENTANAN DESA-DESA SAWAH DI DEMAK TAHUN 1840-1872. (2025). Nagri Pustaka: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sejarah, Dan Budaya, 3(2), 261-267. https://doi.org/10.62238/nagripustaka.v3i2.322